Lapangan Mulai Kosong: Mengapa Tren Padel di Indonesia Terasa Meredup di Penghujung 2025?
Masih ingatkah Anda di tahun 2023 hingga 2024 lalu, ketika lini masa Instagram dan TikTok dipenuhi oleh video teman-teman Anda memegang raket tebal di dalam kotak kaca? Saat itu, mendapatkan jadwal sewa lapangan Padel di jam prime time (pulang kantor) susahnya minta ampun, mirip seperti berebut tiket konser.
Namun, memasuki akhir tahun 2025, pemandangan mulai berubah. Beberapa lapangan Padel di Jakarta Selatan, Surabaya, dan Bali yang dulunya antre, kini mulai terlihat lengang. Fenomena "FOMO" (Fear Of Missing Out) tampaknya mulai pudar. Lantas, apa yang membuat olahraga yang digadang-gadang sebagai "The Next Big Thing" ini mulai ditinggalkan oleh pemain musiman?
1. Biaya yang Tidak Murah (Barrier to Entry)
Harus diakui, Padel adalah olahraga dengan modal besar. Harga sewa lapangan per jam masih tergolong premium jika dibandingkan dengan badminton atau futsal. Belum lagi harga raket dan bola yang cukup menguras kantong. Di tengah kondisi ekonomi yang fluktuatif, banyak pemain rekreasional yang akhirnya "balik kanan" ke olahraga yang lebih ekonomis seperti lari (running) yang nyaris tanpa biaya.
2. Budaya "Hype Sesaat" Netizen Indonesia
Indonesia dikenal sebagai pasar yang sangat reaktif terhadap tren, namun juga cepat bosan. Mulai dari tren sepeda lipat, tanaman hias, hingga kini Padel, polanya selalu sama: meledak cepat, lalu surut ketika "keren"-nya sudah lewat. Bagi sebagian orang, Padel hanyalah konten media sosial. Ketika semua orang sudah mempostingnya, nilai eksklusivitasnya hilang, dan mereka berpindah ke tren baru.
3. Seleksi Alam: Menyisakan Pemain Sejati
Apakah Padel akan mati total? Tentu tidak. Yang terjadi saat ini adalah fase "koreksi". Pemain yang hanya ikut-ikutan sudah pergi, menyisakan komunitas inti yang benar-benar mencintai dinamika permainan ini. Justru, kondisi ini membuat ekosistem Padel menjadi lebih sehat dan kompetitif karena diisi oleh mereka yang serius ingin berolahraga, bukan sekadar berfoto OOTD.
Nasib Sepatu Padel: Disimpan atau Dipakai Terus?
Fenomena meredupnya tren ini memunculkan dua skenario bagi pemilik perlengkapan Padel:
Pensiun Dini: Anda memutuskan berhenti main, dan sepatu Padel mahal Anda akan "menganggur" di dalam lemari dalam waktu lama.
Loyalis: Anda tetap bermain rutin, namun kini lapangan yang lebih sepi membuat frekuensi main Anda justru makin sering dan intens.
Keduanya memiliki risiko yang sama bagi sepatu.
Bagi yang pensiun, menyimpan sepatu kotor bekas keringat dan pasir lapangan sintetis di dalam lemari tertutup adalah resep bencana. Bakteri akan berkembang biak, menyebabkan jamur (mold) tumbuh subur, dan bahan sol sepatu bisa hancur (hydrolysis) karena kelembapan.
Bagi yang loyal, intensitas permainan yang tinggi tentu membuat sepatu cepat kotor dan bau, yang jika tidak dirawat akan memperpendek umur sepatu tempur Anda.
Jangan biarkan investasi sepatu olahraga Anda sia-sia. Entah itu untuk disimpan sebagai kenang-kenangan atau dipersiapkan untuk pertandingan minggu depan, pastikan sepatu dalam kondisi bersih steril. Cleanwear Indonesia menawarkan layanan Deep Cleaning dan Storage Preparation. Kami memastikan sisa pasir silika dan bakteri keringat hilang tuntas, sehingga sepatu aman disimpan atau siap dipakai kapan saja tren ini meledak kembali.